Rabu, 14 Maret 2012

Saat ATP-ku Hilang...

Sekujur tubuhku seolah kehilangan begitu banyak energi secara tiba-tiba. Aku lemas, gemetaran di salah satu sudut kampus. Aku seorang diri.

Aku berusaha meraih handphone, menghubungi sahabat yang mungkin bisa membantuku. Tapi ATP-ku bahkan tak mencukupi untuk sekedar menghantarkan impuls dan menggerakkan motorik. Aku sanggup meraihnya, tapi tak mampu mencari sebuah nomor di kontak ponsel. Air mataku mengalir.

Memang benar, Allah selalu menguji hambaNya. Apapun caranya, mungkin kadang kita yang kurang menyadarinya. Rasanya baru kemarin aku mampu melepaskan diri dari kerinduanku yang mendalam pada ibu. Kurasa juga belum cukup tuntas. Lalu sekarang?

Aku tidak tau ini berkah atau musibah. Aku hanya berprasangka baik kepada Allah.

Tentu saja, mana boleh aku bernegative thinking? Dia terlalu baik untuk ku-buruksangka-i. Sebenarnya juga, selalu ada keyakinan yang terbisik dalam benakku: pasti akan ada jalan, ada kemudahan. Tidak selalu memang, tapi bisikannya cukup menyugestiku untuk tetap berdiri di atas tajamnya duri.

Aku memang menyerah beberapa saat yang lalu. Tapi aku tidak menyerah pada keadaan. Aku hanya menyerah pada perasaan yang tak mampu lagi kuatasi. Dan aku menyerah, membiarkannya menumpahkan segala yang ia dera, segala yang ia rasa, agar kelak aku tak lagi harus menanggungnya. Aku hanya ingin menuntaskannya. Inilah proses yang kupilih untuk kujalani.

Tapi yang namanya proses tentu tidak akan berhenti begitu saja. Seperti hidup yang tak akan pernah berhenti, hanya bersambung pada dimensi yang lain. Yang kupikir sulit kenyataannya mungkin tidak akan sesulit seperti apa yang terbayang. Pasti ada suatu cara yang mampu kulakukan untuk mengatasinya. Ketahuilah akar permasalahannya, baru bertindak sesuai akal dan etika. Jangan hanya mengandalkan perasaan yang sudah jelas tidak dapat diandalkan. Karena justru perasaan itu yang kini membuatku kehilangan banyak ATP!

Aku mendengar banyak isu tentang dirimu. Sesuatu yang tidak ingin kudengar. Tapi aku percaya kamu orang yang baik. Ahh tapi keputusanmu kali ini benar-benar mengagetkanku. Aku tidak tau pasti, semacam ada pemberontakan kecil dalam benak ini. Tapi nuraniku sungguh tak tega menolak keputusanmu. Tapi juga, tidakkah kamu memikirkan sedikit tentang diriku? Tidak, kamu yang lebih membutuhkan keputusan ini. Ohh please look at the risk and benefit-nya, Na! Tapi tidak, ini sesuatu yang ada di luar kehendakku, kehendakmu. Sudah, pasrahkan saja padaNya....

Aku juga merasa tidak berhak melarangmu untuk membatalkannya. Semua itu memang kebutuhanmu, juga dia yang kusayangi. Toh aku tak mampu melakukan banyak hal untukmu, untuknya. Ahh tapi aku masih terlalu khawatir dengan kemurahan hatiNya di kemudian hari. Aku juga tidak tau bagaimana harus memposisikan diri kala keputusan itu sudah kamu tetapkan. Haruskah orang cacat sepertiku menanggungnya sendiri?

Tidak. Pasti ada yang salah. Bukan, bukan dirimu. Aku. Ya, aku pasti sudah melakukan kesalahan. Tidak seharusnya aku pesimis. Benar tidak? Ini seperti bukan aku. Allah pasti menyembunyikan suatu maksud. Ayolah, jalani dan tunggu saja apa yang akan terjadi. Bukankah kamu hanya memerankan sebuah lakon? Banggalah dengan lakonmu sendiri, Na!

Bukankah selama ini kamu selalu membuktikannya? Selalu ada kemudahan di balik kesulitan. Ada kemenangan setelah kekalahan, juga kesempatan dalam kesempitan. Tentu saja, sebentar lagi akan ada kebahagiaan, kepuasan. Semua itu bukan apa yang kamu cari, tapi apa yang kamu rasakan. Rasakanlah, agar kamu tau bagaimana nikmatnya sebuah rasa bahagia dan puas di tengah kesempitan ini. Berdoalah, berusahalah, InsyaAllah akan ada jalan....

Kupikir bukan hanya kamu yang punya perkara. Jangan lagi menjebakkan diri pada perasaan yang tidak seharusnya kamu nikmati. Nikmati saja ‘kebahagiaan’ dan ‘kepuasan’mu. Bukankah apa yang diciptakanNya tak pernah ada yang sia-sia? Tentu usahamu juga yang menjadikan akhirnya seperti itu atau justru sebaliknya. Jangan menjebloskan diri dalam golongan yang merugi.

Bukan masalah besar. Lakukan saja apa yang mampu kamu lakukan saat ini, Na.... Tenggelamlah sesaat, dalam peraduanmu kepadaNya, hanya kepadaNya....