Sekujur tubuhku seolah kehilangan begitu banyak energi secara
tiba-tiba. Aku lemas, gemetaran di salah satu sudut kampus. Aku seorang
diri.
Aku berusaha meraih handphone, menghubungi
sahabat yang mungkin bisa membantuku. Tapi ATP-ku bahkan tak mencukupi
untuk sekedar menghantarkan impuls dan menggerakkan motorik. Aku sanggup
meraihnya, tapi tak mampu mencari sebuah nomor di kontak ponsel. Air
mataku mengalir.
Memang benar, Allah selalu menguji
hambaNya. Apapun caranya, mungkin kadang kita yang kurang menyadarinya.
Rasanya baru kemarin aku mampu melepaskan diri dari kerinduanku yang
mendalam pada ibu. Kurasa juga belum cukup tuntas. Lalu sekarang?
Aku tidak tau ini berkah atau musibah. Aku hanya berprasangka baik kepada Allah.
Tentu saja, mana boleh aku bernegative thinking?
Dia terlalu baik untuk ku-buruksangka-i. Sebenarnya juga, selalu ada
keyakinan yang terbisik dalam benakku: pasti akan ada jalan, ada
kemudahan. Tidak selalu memang, tapi bisikannya cukup menyugestiku untuk
tetap berdiri di atas tajamnya duri.
Aku memang menyerah
beberapa saat yang lalu. Tapi aku tidak menyerah pada keadaan. Aku hanya
menyerah pada perasaan yang tak mampu lagi kuatasi. Dan aku menyerah,
membiarkannya menumpahkan segala yang ia dera, segala yang ia rasa, agar
kelak aku tak lagi harus menanggungnya. Aku hanya ingin menuntaskannya.
Inilah proses yang kupilih untuk kujalani.
Tapi yang
namanya proses tentu tidak akan berhenti begitu saja. Seperti hidup yang
tak akan pernah berhenti, hanya bersambung pada dimensi yang lain. Yang
kupikir sulit kenyataannya mungkin tidak akan sesulit seperti apa yang
terbayang. Pasti ada suatu cara yang mampu kulakukan untuk mengatasinya.
Ketahuilah akar permasalahannya, baru bertindak sesuai akal dan etika.
Jangan hanya mengandalkan perasaan yang sudah jelas tidak dapat
diandalkan. Karena justru perasaan itu yang kini membuatku kehilangan
banyak ATP!
Aku mendengar banyak isu tentang dirimu.
Sesuatu yang tidak ingin kudengar. Tapi aku percaya kamu orang yang
baik. Ahh tapi keputusanmu kali ini benar-benar mengagetkanku. Aku tidak
tau pasti, semacam ada pemberontakan kecil dalam benak ini. Tapi
nuraniku sungguh tak tega menolak keputusanmu. Tapi juga, tidakkah kamu
memikirkan sedikit tentang diriku? Tidak, kamu yang lebih membutuhkan
keputusan ini. Ohh please look at the risk and benefit-nya, Na! Tapi tidak, ini sesuatu yang ada di luar kehendakku, kehendakmu. Sudah, pasrahkan saja padaNya....
Aku
juga merasa tidak berhak melarangmu untuk membatalkannya. Semua itu
memang kebutuhanmu, juga dia yang kusayangi. Toh aku tak mampu melakukan
banyak hal untukmu, untuknya. Ahh tapi aku masih terlalu khawatir
dengan kemurahan hatiNya di kemudian hari. Aku juga tidak tau bagaimana
harus memposisikan diri kala keputusan itu sudah kamu tetapkan. Haruskah
orang cacat sepertiku menanggungnya sendiri?
Tidak. Pasti
ada yang salah. Bukan, bukan dirimu. Aku. Ya, aku pasti sudah melakukan
kesalahan. Tidak seharusnya aku pesimis. Benar tidak? Ini seperti bukan
aku. Allah pasti menyembunyikan suatu maksud. Ayolah, jalani dan tunggu
saja apa yang akan terjadi. Bukankah kamu hanya memerankan sebuah
lakon? Banggalah dengan lakonmu sendiri, Na!
Bukankah
selama ini kamu selalu membuktikannya? Selalu ada kemudahan di balik
kesulitan. Ada kemenangan setelah kekalahan, juga kesempatan dalam
kesempitan. Tentu saja, sebentar lagi akan ada kebahagiaan, kepuasan.
Semua itu bukan apa yang kamu cari, tapi apa yang kamu rasakan.
Rasakanlah, agar kamu tau bagaimana nikmatnya sebuah rasa bahagia dan
puas di tengah kesempitan ini. Berdoalah, berusahalah, InsyaAllah akan ada jalan....
Kupikir
bukan hanya kamu yang punya perkara. Jangan lagi menjebakkan diri pada
perasaan yang tidak seharusnya kamu nikmati. Nikmati saja ‘kebahagiaan’
dan ‘kepuasan’mu. Bukankah apa yang diciptakanNya tak pernah ada yang
sia-sia? Tentu usahamu juga yang menjadikan akhirnya seperti itu atau
justru sebaliknya. Jangan menjebloskan diri dalam golongan yang merugi.
Bukan
masalah besar. Lakukan saja apa yang mampu kamu lakukan saat ini,
Na.... Tenggelamlah sesaat, dalam peraduanmu kepadaNya, hanya
kepadaNya....